facebook

Kamis, 03 Desember 2015

SEJARAH REJANG


Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tentang masyarakat Rejang yang umumnya didasarkan pada Informasi-informasi dan cerita-cerita lisan turun-temurun dari orang-orang tua Rejang, karena tidak ditemuinya catatan tertulis, yang dapat dijadikan rujukan baik berupa manuskrip atau prasasti maupun catatan-catatan pribadi para pemimpin zaman dahulu atau orang tertentu dari nenek moyang orang Rejang. Seperti antara lain Jhon Marsden yang merupakan seorang serjana inggeris pada tahun 1779 M yang menulis buku dengan judul “The History Of Sumatera”, kemudian Mohammad Hoesein yang merupakan putra Asli Rejang dari anak pangeran Kota Donok Lebong pada tahun 1960-1966 M yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan, dimana dituangkan dalam naskah yang berjudul “Tembo dan Adat Rejang Tiang IV”. Tak hanya itu DR hazairin Putra Bengkulu pada tahun 1932 dalam rangka penyusunan Desertasinya yang berjudul “De Rejang” yang kemudian dibukukan oleh M.A YAspan seorang serjana Australia dari Australia National University yang mengadakan penelitian pada tahun 1961-1963, yang dituangkan dalam bukunya “From Patriliny To Matriliny, Structural Change Amongst The Rejang Of Southwest Sumatera” serta yang paling terahir Prof DR Richard Mc Ginn, yang merupakan Guru Besar Ohio University, USA.

Namun dari keempat penelitian tersebut tidak ada satupun yang menyimpulkan secara konkrit tentang asal mula dari mana datangnya nenek moyang Suku Rejang, akan tetapi secara umum mengindikasikan suku rejang berasal dari india belakang (Semenanjung Vietnam) karena berdasarkan kepada teori tentang asal usul nenek moyang bangsa indonesia adalah para manusia perahu dari india belakang yang mencari daerah baru kepulauwan nusantara pada abat ke 2 M yang berlayar dari pantai barat sumatera, dan mereka menduduki sungai ketahun kemudian menetap dilebong yang waktu itu bernama Renah Sekelawi-pinang belapis, akan tetapi secara jelas, keempat penelitian tersebut hanya menyimpulkan bahwa orang Rejang berasal dari empat kelompok manusia yang ada di daerah Lebong yang mula-mula dipilih oleh para Ajai.

Sedangkan penelitian yang terahir oleh Prop DR Richard Mc Ginn tahun 2006 menyimpulkan bahwa asal usul orang Rejang adalah daerah Tonkin Indochina, (India Belakang) yang sekitar 1200 tahun yang lalu melalui Kalimantan mereka pindah ke sumatera, pada waktu itu, mereka berlayar menuju serawak (Kalimantan Utara) dan sebagian menetap disana hingga sekarang keturunan mereka masih tetap berbahasa Rejang, dan disana juga ada sebuah sungai yang bernama sungai Rejang. Dari sana mereka berlayar melalui pulau Bangka dan Belitung, menuju memudiki sungai Musi kemudian menyimpang ke kanan memudiki sungai rawas hingga ke daerah yang paling hulu, sebagian ada yang tinggal di sana, terahir mereka memudiki sungai rawas dan menuju Gunung Hulu Tapus sehingga menetap disana.
Teori yang diungkapkan oleh oleh Prop DR Richard Mc Ginn tahun 2006 ini ternyata sama dengan apa yang dicerita-cerita oleh orang tua Rejang bahwa nenek moyang Orang Rejang pertama kali tinggal di sekitar danau besar di Gunung Hulu Tapus. (salah satu naskah tentang ini masih disimpan oleh Bapak Rattama, yang merupakan Imam Desa Suka Kayo Kabupaten Lebong).
Suatu Realitas, bahwa 7 desa Rejang di KEcamatan BErmani Ulu Rawas Kaupaten Musi Rawas, Yaitu Desa Kuto Tanjung, Desa Napal Licin, Desa Sosokan, Kelurahan Muara Kulam (Ibu kota Kecamatan) Desa Muara Kuwis (dekat Dengan desa Embong utara kecamatan Lebong Utara), Desa sendawar dan desa Karang Pinggan, yang merupakan salah satu bukti kebenaran teori di atas yang menyatakan bahwa “sebagian dari mereka ada yang tinggal di Rawas”.
Diperkirakan, setelah melewati masa yang lama mereka tinggal di dekar sebuah danau yang besar tersebut, anak keturunan mereka turun ke dataran rendah tapus di sebuah dusun Suka Negeri (sekarang) kemudian keturunan mereka menyebar dan akhirnya terdiri dari empat kelompok yang menetap di dusun, masing-masing dipimpin oleh Ajai. Empat kelompok inilah yang menjadi cikal bakal Rejang Tiang Empat lima Raja, yang sangat terkenal dalam nama Tembo Rajo.

Jumat, 28 Agustus 2015

PESAN LELUHUR MARILAH KITA MEMAJUKAN MARILAH KITA MEJAGA
sedih siapa tidak sedih rugi kita semua rugi melihat dihutan tanah terhanyut bersama air hujan air menghapus ada orang merusak hutan  ada hanyut terbawa air ada tinggal keracak di badan kalau hutan sudah bisa berbicara dia mau mengatakan kalau sayang dengan anak cucu nanti pohon di hutan jangan habis di tebang






Minggu, 23 Agustus 2015

Sejarah asal usul Rejang yang sebenarnya sudah sangat tidak memungkinkan diriwayatkan secara benar senyata fakta sebenarnya. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mengakibatkan sejarah asal usul Rejang yang terhapus dan hilang ditelan ketidaktahuan generasi masa lalu. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
  • Suku Rejang belum memahami media yang berperan untuk dijadikan pedoman yang tepat untuk meriwayatkan sejarah, seperti kemampuan menggambar, menulis, memahat, maupun hal-hal lain yang dapat memungkinkan untuk terdeteksi oleh generasi yang akan datang untuk disejarahkan. Bukti-bukti arkeolog tersebut belum ditemukan keberadaannya hingga zaman sekarang.
  • Suku Rejang masih dipengaruhi oleh tradisi yang bersifat fiktif, sehingga hal-hal yang tidak masuk akal dimasukkan dalam kisah sejarah. Hal ini menjadikan sejarah asal usul Rejang menjadi kisah fiktif yang validitas dan reliabilitasnya jauh dari patokan untuk meriwayatkan sejarah.
  • Suku Rejang tidak terlalu mempedulikan masa lampau, tapi menerima sejarah masa lalu yang diriwayatkan oleh para sejarawan dan cendikiawan asing yang berstatus penjajah. Hal ini juga dihubungkan dengan beberapa oknum suku Rejang yang terlalu percaya diri berpendapat menurut kemauannya sendiri, padahal kemampuan berbahasa Rejang dengan berbagai dialek Rejang yang ada tidak dikuasainya. Suku Rejang yang berpartisipasi dalam proyek tersebut juga bukan berstatus orang Rejang asli, apalagi menjalani kehidupan di komunitas suku Rejang yang masih asli.
  • Suku Rejang dengan sumber daya alam yang paling dieksploitasi oleh penjajah menjadi daerah yang dijadikan asal usul suku Rejang. Ini disebabkan oleh rekayasa dari para penjajah yang memang memiliki kemampuan membaca dan menulis, sedangkan suku Rejang sangat dibodohkan. Sifat dari penjajah yang seperti ini sudah diketahui oleh para sejarawan Indonesia, yakni penjajah menjauhkan bangsa Indonesia untuk mengetahui ilmu pengetahuan modern. Pengetahuan modern seperti kemampuan ilmu bahasa, ilmu hitung, ilmu filsafat, maupun ilmu-ilmu modern yang lainnya belum didapatkan oleh suku Rejang yang merupakan suku bangsa di Indonesia. Ini terbukti dengan aksara kagangga yang konon merupakan tulisan asli suku Rejang, tapi pada kenyataan tidak mampu dipahami suku Rejang masa silam hingga masa sekarang. Hal ini juga menumbuhkan keraguan bahwa aksara tersebut adalah asli tulisan suku Rejang yang memang prakarsa suku Rejang itu sendiri.
  • Suku Rejang terlalu suka meniru secara tidak kreatif, ini terbukti dengan alat musik tradisional, tari tradisional, rumah adat, adat upacara pernikahan, dan bahkan pakaian adat yang ada semuanya imitasi dari suku bangsa terdekat dan pendatang yang ada di tanah Rejang. Fenomena ini secara kasat mata dapat langsung ditebak oleh setiap pengamatnya, meskipun pengamat tersebut adalah seorang amatir.
Dari beberapa faktor di atas, sulit sekali mendeteksi sejarah asal usul suku Rejang. Meskipun demikian, masih ada satu peninggalan yang masih diwariskan secara nyata dan masih ada hingga sekarang. Warisan tersebut adalah bahasa Rejang, sebuah bahasa yang unik yang belum punah hingga sekarang. Walaupun bukti-bukti arkeologi belum ada terbukti keberadaannya secara fakta, tapi bahasa dapat dijadikan pedoman menelusuri sejarah Rejang. Hal ini membuktikan bahwa orang yang paling berperan untuk meriwayatkan Rejang adalah suku Rejang dengan kemampuan bahasa Rejang tingkat mahir atau penutur asli bahasa Rejang yang mampu berkomunikasi dengan orang-orang Rejang dengan kemampuan meriwayatkan kisah lampau secara ilmiah.

BUDAYA

Pengadilan berdasarkan hukum Rejang di Kepahiang pada zaman Hindia Belanda tahun 1800-an. Pengadilan tersebut terdiri atas kepala afdeling selaku hakim, juru tulis, staf lainnya dari pemerintahan Hindia Belanda, dan tokoh masyarakat Rejang. Terdakwa biasanya adalah pelaku pencurian yang merupakan pendatang dari luar wilayah Rejang yang sudah dikenal secara umum oleh masyarakat Rejang bahwa pendatang dari wilayah tersebut memiliki tradisi yang suka mencuri.
Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, kabupaten Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, dan kabupaten Lebong. Suku ini merupakan suku dengan populasi terbesar di provinsi Bengkulu, suku ini tidak adaptif terhadap perkembangan di luar daerah. Ini dikarenakan kultur masyarakat Rejang yang sulit untuk menerima pendapat di luar dari pendapat kelaziman menurut pendapat mereka, dan ini menjadi bukti keyakinan dan ketaatan mereka terhadap adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Hal ini menggambarkan bahwa sejak zaman dahulu suku Rejang telah memiliki adat-istiadat. Karena mayoritas suku Rejang masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum adat yang berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga sekarang. Suku Rejang sangat memuliakan harga diri, seperti halnya penjagaan martabat kaum perempuan, penghinaan terhadap para pencuri, dan penyiksaan dan pemberian hukum denda terhadap pelaku zina. Dikarenakan kesesuaian tradisi Rejang dengan ajaran Islam, suku Rejang telah mengubah kepercayaan terdahulu mereka ke ajaran agama Islam. Hingga saat ini, budaya mereka juga identik dengan nuansa Islam. Pada zaman sekarang, sudah banyak putra-putri suku Rejang telah menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain-lain. Banyak yang telah menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai swasta, pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang memiliki kehormatan menurut masyarakat modern pada era sekarang ini.

PERADABAN
Setelah Inggris secara resmi menyerahkan pemerintahan di Bengkulu kepada Belanda pada 6 April 1825, nasib masyarakat Bengkulu dan daerah pesisir tetap menderita di bawah belenggu kolonial. Kondisi itu berbeda dengan masyarakat Rejang di daerah pedalaman atau pegunungan yang tidak pernah mengalami penjajahan hingga tahun 1860. Keberuntungan itu dikarenakan letak daerah Rejang yang jauh di pedalaman dan dikelilingi bukit barisan serta hutan rimba yang masih sangat belantara. Sebelum Belanda menyambangi Tanah Pat Petulai, peradaban masyarakat Rejang sudah lebih maju dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam masyarakat Rejang telah memiliki pemerintahan masyarakatnya sendiri yang terdiri dari 5 orang tuwi kuteiKutei merupakan suatu masyarakat hukum adat asli yang berdiri dan geneologis terdiri dari sekurang-kurangnya 10 hingga 15 keluarga atau rumah, sedangkan tuwi kutei merupakan kepala kutei yang dipilih berdasarkan garis keturunan pendiri petulai (kesatuan kekeluargaan masyarakat Rejang yang asli).
Dengan adanya sistem petulai tersebut, menandakan masyarakat Rejang sudah memiliki hukum adat yang dipatuhi oleh pendukungnya. Peradaban yang maju pada masyarakat Rejang juga ditandai bahwa suku Rejang telah memiliki aksara sendiri sebagai alat penyampai informasi, yakni aksara kaganga. Hingga saat ini, masyarakat Rejang yang asli masih memiliki peradaban yang menjunjung harga diri. Sering terjadinya kerusakan peradaban dalam masyarakat Rejang karena banyak penduduk di daerah Rejang yang mampu berbahasa Rejang, namun secara silsilah keturunan mereka bukanlah masyarakat Rejang yang asli (garis keturunan bukan patrilineal). Hal ini menjadi fenomena yang mencoreng citra suku Rejang.
Suku Rejang memiliki perbedaan yang mencolok dalam dialek penuturan bahasa. Dialek Rejang Kepahiang memiliki perbedaan dengan dialek Rejang DI kabupaten rejang lebong yang dikenal dengan dialek Rejang Curup, dialek Rejang Bengkulu Utara, dialek Rejang Bengkulu Tengah, dan dialek Rejang yang penduduknya di wilayah kabupaten Lebong. Secara kenyataan yang ada, dialek dominan Rejang terdiri tiga macam. Dialek tersebut adalah sebagai berikut:
  • Dialek Rejang Kepahiang (mencakup wilayah Kabupaten Kepahiang)
  • Dialek Rejang Curup (mencakup wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah, dan Kabupaten Bengkulu Utara)
  • Dialek Rejang Lebong (mencakup wilayah Kabupaten Lebong dan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara yang berdekatan dengan wilayah Kabupaten Lebong)
Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang terbagi menjadi Rejang Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong. Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa Rejang tersebut relatif berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat memahami perbedaan kosaka kata pada saat komunikasi berlangsung. Karena perbedaan tersebut seperti perbedaan dialek pada bahasa Inggris Amerika, bahasa Inggris Britania, dan bahasa Inggris Australia. Secara filosofis, perbedaan dialek bahasa Rejang terjadi karena faktor geografis, faktor sosial, dan faktor psikologis dari suku Rejang itu sendiri.

CERITA DIBALIK LAGU LALAN BELEK



Lalan belek adalah lagu tradisional suku rejang yang berarti Lalan Pulang (Balik)lagu ini masing masing daerah di tanah rejang memiliki bermacam-macam syair namun iramanya tetap sama. Ternyata ada kisah dibalik lagu lalan belek.
Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kemak boloak si depeak, depeak nang au Kemak dawen si lipet duwei, lipet duwei Kunyeu depeloak etun, temegeak nang au Belek asen ite beduei, ite beduei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ku namen repie epet nang au Coa ku melapen eboak kedulo, eboak kedulo Amen ku namen idup yo peset nang au Coa ku lak tu’un mai dunio, tu’un mai dunio Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ade seludang pinang nang au Jano guno ku upeak igei, ku upeak igei Amen ade bayang betunang nang au Jano guno bemadeak igei, bemadeak igei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Bilei iyo temanem tebeu nang au Memen sebilei temanem seie, temanem seie Bilei iyo ite betemeu nang au Memn sebilei ite becei, ite becei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek,

itu adalah Syair dari lalan belek yang jika diartikan : 

Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Ambil bambu sebelah-sebelah Ambil daun dilipat dua, lipat dua Biar sepuluh orang melarang Kembali rasa kita berdua Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau kutahu buah Pare pahit Tidak kumasak buah kedula Kalau kutahu hidup ini sengsara Tidak kumau turun ke dunia Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau ada pelepah pinang Apa guna ku upah lagi Kalau ada bayangan hendak bertunangan Apa guna berkata-kata lagi Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Hari ini menanam tebu Besok lusa menanam serai Hari ini kita bertemu Besok lusa kita bercerai Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang 

adapun kisah dibalik lagu lalan belek diantaranya :
Cerito rakyat yo bik ndaleak may kutei Jang kuleu kiseak cerito yo tentang indok dik ade anak smulen baes genne lalan anakne cak mratau oak, lak mesoa jerkei dik lebeak baik, an anak yo coa belek-belek, belek debat lak dem nong indok ne dik bik tuei, indok ne indew lut magea anak ne suang, indokne coa dik spasoak igei. Seleyen anak ne o. Sapie ketiko lalan sakit paeak di akhirne matie, nak sadienen. Indok ne gik blemet anak ne belek, indew ne menea awak ne sapie sakit. Tiep bilei indok ne gik blemet anak ne belek, indew ne menea awak ne sapie sakit. Tiep bilei indok ne blemet lalan nak adep pondok sambea liseak sakit kerno indew ngen anak. Indokne trus belemet sambea sakit si mnyanyi lagu dik Minai lalan Belek. Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kemak boloak si depeak, depeak nang au Kemak dawen si lipet duwei, lipet duwei Kunyeu depeloak etun, temegeak nang au Belek asen ite beduei, ite beduei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ku namen repie epet nang au Coa ku melapen eboak kedulo, eboak kedulo Amen ku namen idup yo peset nang au Coa ku lak tu’un mai dunio, tu’un mai dunio Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ade seludang pinang nang au Jano guno ku upeak igei, ku upeak igei Amen ade bayang betunang nang au Jano guno bemadeak igei, bemadeak igei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Bilei iyo temanem tebeu nang au Memen sebilei temanem seie, temanem seie Bilei iyo ite betemeu nang au Memn sebilei ite becei, ite becei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kunai lenyet, lalan tem ngoa lagu indokne, coa sapie atie kemleak indokne indew si. Si lajeu tu un mai dunio. Keten kunai das lenget, lalan tuun kunai lenget ngen dewi-dewi di alep-alep. Indok ne yo ano te kejir kemleak lalan anak ne jijei dewi, hinggo si bepeker lalan bik matie sudoo jijei dewi.

Cerita rakyat ini telah mendarah daging pada keturunan masyarakat suku Rejang Bengkulu. Cerita ini berkisah tentang seorang ibu yang memiliki anak gadis yang sangat cantik bernama Lalan. Sang anak menginginkan dirinya merantau ke suatu tempat yang jauh, hendak mendapatkan nasib yang lebih baik. Lama sekali sang anak tidak pulang-pulang untuk sekedar menjenguk ibunya yang sudah tua. Ibunya merasa sangat merindukan anak satu-satunya itu. Sang ibu tidak memiliki sanak lagi selain anaknya si Lalan itu. Di suatu tempat, nampak si Lalan belum sampai mendapatkan nasib baik. Dia menjadi seorang pelayan di sebuah ladang milik saudagar cina. Baru bekerja beberapa hari, si Lalan tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari majikannya. Saudagar cina tersebut sering membuat Lalan mendapatkan luka-luka di badan karena perlakuan kasarnya. Sampai pada suatu saat Lalan menderita sakit dan akhirnya dia mati. Di kejauhan, tepatnya di kampung halamannya, sang ibu masih menantikan kedatangan anak gadis satu-satunya itu. Betapa kerinduan sang ibu sampai dia merintih kesakitan. Tiap hari sang ibu menantikan kedatangan Lalan di depan gubuknya, tapi Lalan tak kunjung datang menjenguk juga. Suatu pagi yang tiada cerah-cerahnya bagi sang ibu, seperti biasanya dia tetap menanti Lalan di depan gubuknya sambil merintih menahan sakit karena kerinduan kepada anaknya. Sang ibu terus saja menunggu dan dia merintih menyanyikan suatu lagu yang menginginkan Lalan pulang. Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Ambil bambu sebelah-sebelah Ambil daun dilipat dua, lipat dua Biar sepuluh orang melarang Kembali rasa kita berdua Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau kutahu buah Pare pahit Tidak kumasak buah kedula Kalau kutahu hidup ini sengsara Tidak kumau turun ke dunia Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau ada pelepah pinang Apa guna ku upah lagi Kalau ada bayangan hendak bertunangan Apa guna berkata-kata lagi Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Hari ini menanam tebu Besok lusa menanam serai Hari ini kita bertemu Besok lusa kita bercerai Dari kahyangan, Lalan mendengar rintihan lagu ibunya. Tidak sampai hati melihat sang ibu terundung kerinduan pada dirinya, dia segera turun ke bumi. Tampak dari atas langit, si Lalan turun dari kahyangan bersama dewi-dewi yang cantik-cantik. Sang ibu sangat kaget karena melihat Lalan anaknya menjadi seorang dewi, sehingga dia berpikir bahwa Lalan telah mati dan menjadi seorang dewi. 

Dengan melihat si Lalan, kerinduan sang ibu telah terobati. Sang ibu tersungkur di depan gubuknya. Kemudian dia mati dengan tersenyum tapi meneteskan air matanya. Konon, air mata sang ibu terus saja mengalir di depan gubuknya sampai menggenang dan menjadi sungai. Yang sekarang menjadi sungai Putih. Sampai sekarang oleh masyarakat suku Rejang, sungai Putih dianggap keramat. Masyarakat suku Rejang percaya bahwa Lalan yang telah menjadi dewi tersebut masih sering turun ke sungai Putih untuk mandi di air mata ibunya itu.
Deu versi di muncul kunai tiep lageu kutei jang. Karno coa dik sine tek tertulis tentang lageu daerah kutei jang dik tercipto kunai cerito rakyat kutei jang dewek…banyak versi yang muncul dari setiap lagu suku rejang, karena tidak adanya teks tertulis tentang lagu daerah suku Rejang yang tercipta dari cerita rakyat suku Rejang sendiriwarga suku Rejang mengungkapkan bahwa dalam sejarah suku Rejang, konon ada dewi atau biasa disebut seorang bidadari bernama Lalan yang selalu mandi di sungai Putih. Sehingga terkait dengan lagu dan jalan cerita yang melatar belakangi terciptanya lagu Lalan belek. Legenda sungai Putih dikaitkan dengan latar belakang lagu Lalan Belek, karena sungai Putih yang berlokasi di dusun Curup airnya putih dan bening, sebening air mata sang ibu Lalan 

Kepercayoan tun kutei jang bahwa memain ade dikup bidadari genne lalan di galak keten mai mendei nak bioa puteak kerno si indew ngen indokne …kepercayaan warga suku Rejang bahwa memang ada seorang bidadari bernama Lalan yang sering datang untuk mandi di sungai Putih karena dia merindukan ibunya…
Isi dalam lagu Lalan Belek memiliki banyak ungkapan-ungkapan yang sarat makna. Dan oleh para leluhur atau orang tua suku rejang dipakai sebagai petuah atau nasehat kepada anak cucunya.
Legenda mengenai bioa puteak jijei saleak do latarblakang adene lageu lalan belek. Kepecayoan tun kutei jang tentang legenda bioa puteak di cenrito kunai latarbelakang terciptane lageu menea tun manggep legenda o benea-benea te jijei
legenda mengenai sungai Putih menjadi salah satu latar belakang terciptanya lagu Lalan Belek atau Lalan Pulang. Kepercayaan masyarakat Rejang tentang legenda sungai Putih yang diceritakan dari latar belakang terciptanya lagu tersebut membuat masyarakat menganggap legenda tersebut benar-benar terjadi. Versi Lainnya :
Meno o adé cerito tun tuei. Cerito ne awié yo. Adé nak debueak sadié diem tun bujang. Gén ne Bujang Kurung. Adé do bilei si aleu mai ngéwéa nak bioa, coa si oak kunai sadié ne. Si aleu mai ngéwéa, nemin ne belas ngen silei. Si aleu menék matei bilei. Si beguték panuo. Coa an sapié si nak penan ne lak ngéwéa. Si mulai ngéwéa. Coa dé kan lak emuk kéwéa ne. Bilei bi lekat. Uléak coa dé si ne. Udo o adé nyut ne lak bélék. Wakteu si lak bélék tenngoa ne tun giag. Si tak mimang ne. Si cengang kemléak adé tun alep-alep nien. Tobo o semulen mulen. Adé dikup di alep su'ang ne. Si di piset su'ang ne. Beguték Bujang Kurung ma'ak ne, coa tobo o namen. Bujang Kurung tak mak bajeu di piset su'ang o. Wakteu tobo o sudo menei, makié areak alat ne, kes ne areak alat di piset o bi laput. Pasoak ne sudo makié areak alat ne lak bélék mai léngét. Tapi di piset nano coa nam tebang igei. Bajeu ne bi laput. Nginoi si ke'an jano ne. Pasoak ne nginoi kulo kemléak asoak ne coa nam bélék igei. Jisanak ne aleu kete. Tinga di piset o su'ang. Kenléak Bujang Kurung o awié o. Tekjir si. Coa si sako do'o anak diwo. Si maik bajeu di nemak ne nano. Si tak emin melilei. Udo o Bujang Kurung magea igei di piset nano. Si temnei bene si coa bélék mai léngét. Nadeak di piset o, bajeu ne laput. Udo o Bujang Kurung majak mai sadié ne. Lak di piset o. Tennei Bujang Kurung gén ne. Gén ne Lalan. Bi sapié nak sadié Bujang Kurung, nemin Bujang Kurung mai umeak ne. Diem ba Lalan nak di an bi ke'an. Bujang Kurung tujeu ngen Lalan. Lalan lak kulo cito kulo ngen Bujang Kurung. Coa an udo o napag tun sadié o tun beduei o. Abis cerito ku.
Dahulu ada cerita-cerita dari orang tua,ceritanya seperti ini, ada di suatu desa tinggallah seorang lelaki,namanya Bujang Kurung, suatu hari dia pergi memancing disungai yang tidak begitu jauh dari desanya, hanya berbekal nasi dan garam ia pergi mancing,sesampai di sungai tersebut dia mulai memancing tapi pada hari itu tidak satu pun ikan yang berhasil ia pancing,sehingga ia memutuskan untuk pulang,diperjalanan pulang tiba-tiba dia mendengar suara orang yang sedang bercakap-cakap,tiba-tiba saja muncul niatnya ingin tahu dari mana suara itu berasal.diikutinyalah suara itu sampai akhirnya dia terkejut karena suara-suara itu berasal dari para gadis-gadis yang sangat cantik yang tengah mandi disungai,ada satu gadis yang menarik perhatian bujang kurung karena gadis tersebut paling cantik diantara gadis-gadis lainnya.tanpa disadari oleh para gadis-gadis tersebut si bujang kurung mencuri salah satu pakaian dari mereka,sehingga sewaktu mereka selesai mandi salah satu dari mereka terkejut karena pakaiannya hilang,sibungsu mengangis sejadi-jadinya,melihat hal tersebut saudara sibungsu ikutan menangis,akhirnya saudara-saudara sibungsu itu pulang dan tinggallah sibungsu sendirian,sibujang kurung terkejut karena dia tidak menyangka kalau gadis-gadis yang mandi tersebut adalah para dewi-dewi.setelah sibungsu tinggal sendirian menangisi nasibnya yang tidak bisa pulang lagi kelangit, sibujang kurung tiba-tiba mendekati sibungsu tersebut dan bertanya kenapa kamu tidak pulang bersama saudara-saudaramu kelangit,sibungsu menjawab karena bajuku hilang,lalu sibujang kurung menanyakan nama gadis itu,gadis itu menjawab kalau namanya adalah lalan setelah itu bujang kurung mengajak sibungsu tersebut pulang ke desanya dan mereka akhirnya menikah.

Sabtu, 22 Agustus 2015

MASAKAN REJANG

LEMAH:
usut punya usut asal mulah makanan lemah ini
pada zaman penjajahan waktu itu untuk makan pun sulit dan ada orang mencoba membuat lauk menggunakan bahan pokok makanan menggunakan rebung bambu percaya gak percaya sih orang yang membuat rebung itu saat merendam rebung bambu itu supaya bisa menjadi makan/lauk dan saat direndam ada ikan yang berjenis mujair dengan kebetulan masuk kedalam tempat perendaman lemah itu tanpa disadari oleh orang yang membuat lemah ini setelah tiga hari direndam baru lah disadari kalau ada ikan mujair yang masuk dan hancur juga karna direndam karna lemah ini sudah bercampurnya dengan ikan mujair itu ternyata lezat :D






SAMA UJA


                                                   
                                   
                                                                  LEMANG
                                                                  SAMA KABUA

BAHASA REJANG

Bahasa Rejang memiliki variasi menurut dialek yang dimiliki berdasarkan tiga kelompok dialek Rejang. Di bawah ini adalah beberapa kosakata dalam bahasa Rejang yang memiliki perbedaan antar kelompok dialek Rejang.
Bahasa IndonesiaDialek LebongDialek CurupDialek Kepahiang
nasimeimiemea
menikahbetunokbetunakbetunak
telegutelgawtelgewtelgew
lemalemealemalema
desasadeisadiesadea
sarungso'ongso'ongsohong
tahitaktoitakteitaktea
kepalaulawulewulew
badanawokawakawak
jariji’aiji’eijihei
matamataimateimatei
telingati'ukti'uktihuk
leherka’genka’genkahgen
lidahdileakdileakdileah
testislabawlabewlabew
ketiakbea' gelpeakbea' gelpeakbeah gelpeah
bahuba’awba’ewbahew
bibirbibiabebeabibih
peruttenaiteneitenea
tempoyakpuyokasemtepuyak
ulartedungedungnopoe
dodolpujuakpojoakglamai
topitudungtudungtuguk
lauklapenlapengulea
laki-lakisemanaisemaneisebong
perempuanselawieselaweibea
baju / pakaianbajaubajaubajeu

Perbedaan dialek bahasa Rejang


Berikut ini adalah perbandingan dialek dalam bahasa Rejang yang ada di Kepahiang, Curup, dan Lebong. Ada beberapa daerah yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepahiang yang menggunakan Rejang dialek Curup dikarenakan letak geografis yang dekat dengan Kabupaten Rejang Lebong. Beberapa daerah yang dekat secara geografis dengan wilayah Kabupaten Lebong juga ada yang menggunakan Rejang dialek Curup, begitu juga sebaliknya.
Rejang dialek KepahiangRejang dialek CurupRejang dialek LebongContoh kosakataKeterangan
heieiaijihei
ji'ei
ji'ai
Tidak ada kesamaan dialek
eaheakeakseah
seak
Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
ewewawalew
alaw
Ada kesamaan antara dialek Kepahiang dan Curup
akakokbetunak
betunok
Ada kesamaan antara dialek Kepahiang dan Curup
oahoakoak-Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
ho'o'obenoho
beno'o
Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
euauaubajeu
bajau
Ada kesamaan dialek Curup dan Lebong
Perbedaan dialek juga terdapat dalam intonasi dalam berbicara. Bahasa Rejang dialek Kepahiang terkesan keras dan kasar, bahasa Rejang dialek Curup terkesan halus dan lembut, dan bahasa Rejang dialek Lebong terkesan lebih halus dan lebih lembut dari Rejang dialek Curup. Dari warna dialek ketiga bahasa Rejang tersebut, secara nyata juga menggambarkan tradisi dan temperamen dari ketiga macam  tersebut.

Jumat, 21 Agustus 2015

TARI KEJEI TARI SAKRAL REJANG


BAB 1. PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Allah yang lain adalah kita memiliki akal (pikiran) dan perasaan. Dengan akal dan perasaan, manusia akan selalu menciptakan segala sesuatu yang membantu dan mempercepat kinerja manusia, dapat membedakan baik dan buruk, memiliki kehendak dan keinginan, dan menjadikan manusia memiliki pola kehidupan bersifat material dan spiritual.
            Akal dan perasaan manusia akan membentuk suatu kebudayaan di daerah yang di tinggali. Dan setiap populasi manusia memiliki perbedaan pola fikir dan perasaan sesuai di daerahnya masing-masing, sehingga kebudayaan di masing-masing daerah itu berbeda-berbeda. Kebudayaan tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar yang cukup lama.    
            Kebudayaan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap daerah. Sebagai contoh, jika saya katakan “tari Saman” apa yang langsung Anda fikirkan? Yaa, pastilah kita terfikir tentang tarian tersebut berasal dari  Aceh, begitupun dengan kebudayaan yang lain.
Dan pada tugas akhir Ilmu Sosial  Budaya Dasar atau yang sering kita dengar dengan sebutan ISBD, saya mencoba untuk memperkenalkan Kabupaten tempat tinggal saya dan salah satu kebudayanya, yaitu tari Kejei yang merupakan tarian sakral dari Rejang Lebong. Saya berharap, teman-teman yang berada di provinsi lain dapat mengetahui secara garis besar tentang daerah tempat tinggal saya tersebut.
2.      Rumusan Masalah
a.       Dimanakah Kabupaten Rejang Lebong?
b.      Apa keguanan tari Kejei?
c.       Apa saja misteri atau mitos yang berkembang tentang tari Kejei?
d.      Alat music apa saja yang digunakan untuk mengiringi tari Kejei?
e.       Pakaian dan aksesoris apa saja yang dikenakan oleh para penari  Kejei?
f.       Bagaimana pola lantai dari tari Kejei?
g.      Apa saja yang terdapat pada Balie Kejei, sebagai tempat untuk melaksanakan tari Kejei?
h.      Apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam membumikan tari Kejei di tanah Pat Petulai (Rejang Lebong)?

3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui lokasi kabupaten Rejang Lebong
b.      Untuk mengetahui kegunaan tari Kejei
c.       Untuk mengetahui misteri atau mitos yang berkembang tentang tari Kejei
d.      Untuk mengetahui berbagai alat music yang digunakan untuk mengeringi tari Kejei
e.       Untuk mengetahui pakaian dan aksesoris yang dikenakan oleh para penari Kejei
f.       Untuk mengetahui pola lantai tari Kejei
g.      Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada balie kejei
h.      Untuk mengetahui upaya pemerintah untuk membumikan tari Kejei di tanah Pat Petulai


BAB 2. PEMBAHASAN
1.      Rejang Lebong
Rejang lebong merupakan salah satu dari kabupaten di Provinsi Bengkulu, dan terletak di pegunungan Bukit Besar. Rejang Lebong memiliki luas wilayah sekitar 1.515,76 kilo meter persegi yang didiami oleh 246.378 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Rejang Lebong adalah sebanyak 163 orang per kilo meter persegi.
Penduduk asli terdiri dari suku Rejang dan suku Lembak.Kabupaten Rejang Lebong memiliki 15 buah kecamatan yang masih dalam pengembangan. Sebelah utara berbatas dengan Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, sebelah Selatan dengan kabupaten Kepahiang, sebelah timur berbatas dengan kabupaten Lebong dan propinsi Jambi, sedangkan sebelah barat berbatas dengan kebupaten Lahat.
Ibukota kabupaten adalah Curup. Terletak 85 km dari kota Bengkulu. Sebagian besar mata pencarian penduduk adalah bertani dan berdagang. Daerah yang terlekat di sekitar bukit Kaba merupakan pusat sayur mayur di kabupaten Rejang Lebong dan ada pula yang bekerja sampingan membuat gula merah, sedangkan di Curup banyak aktifitas masyarakat sebagai pedagang.
Cukup banyak kebudayaan yang terdapat di kabupaten Rejang Lebong ini, salah satunya adalah tari Kejei, dan saya sendiri merupakan salah satu penari tarian daerah tersebut.
2.      Kegunaan Tari Kejei
Tari kejei ini biasanya digunakan untuk merayakan pernikahan, khitanan, panen raya, dan kegiatan-kegiatan lain yang berbau kedaerahan. Pada saat pernikahan, pengantin pria dan wanita dianjurkan untuk mengikuti tarian ini. Pengantin berada di tengah-tengah para penari, tepatnya berada diposisi ketiga jika jumlah penarinya ada 4 orang.

Penari Kejei

3.      Misteri Tari Kejei
Tari Kejei adalah tarian yang paling terkenal di daerah Rejang Lebong dan merupakan tarian yang sakral. Gerakan tarian ini sangatlah sederhana, dan berbeda dengan gerakan tarian pada umumnya. Gerakan tari Kejei ini tidak boleh terlalu gemulai untuk penari wanitanya, sedangkan untuk penari prianya haruslah menunjukan kegagahan. Mungkin dalam 3 kali latihan kita sudah hafal semua gerakan tarian ini.
 Tarian ini di bawakan oleh para pemuda dan pemudi yang tidak dalam satu suku. Sebelum dan sesudah menampilakan tari Kejei, di adakan ritual terlebih dahulu, yaitu pemotongan tebu hitam dan diberikan “langir” yang telah diberikan mantra oleh seorang sesepuh sebelum memulai tarian.
 Dan ada beberapa mitos yang berkembang tentang tarian ini, yaitu: penari haruslah remaja dalam keadaan perjaka dan perawan. Jika ada salah satu dari penari tidak perjaka atau perawan lagi, maka kulintang sebagai alat music pukul sederhana yang mengiringi tarian tersebut akan pecah.
Saya masih teringat cerita dari guru kesenian di SMA sekaligus sebagai pelatih penari kami. Pada saat itu beliau mencoba merubah gerakan tarian daerah tersebut dengan menambahkan dengan tarian kreasi dan diberi nama tarian Raflesia, tetapi pada saat penampilannya, salah satu penari wanita mengalami kesurupan, dan akhirnya meminta tumbal seekor ayah hitam yang dipotong kemudian diletakkan di bukit Kaba.
Bukan hanya itu, beliau juga pernah mendapatkan pengakuan dari salah satu penarinya. Setelah selesai tampil menari, dia mengaku tidak merasa melakukan gerakan-gerakan tarian, tetapi badannya terasa digerakan oleh makhluk halus. Dan ternyata wanita tersebut melanggar salah satu syarat dalam melakukan tarian ini, yaitu haruslah dalam keadaan suci.  
Dibalik misteri dari tarian ini, ternyata pada saat ini masih ada perbedaan gerakan tarian dari setiap kelompok atau sanggar tari. Walau pun pada dasarnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rejang Lebong telah menetapkan gerakan-gerakan yang terdapat pada tari Kejei ini.
4.      Alat Music Pengiring Tari Kejei
Gong, kulintang, dan redap merupakan alat music khas tradisional suku Rejang, yang dari jaman dahulu kala sudah di pakai pada music pengiring tarian sakral dan agung suku Rejang, yaitu tari kejei dengan keterangan satu buah gong, 5 buah kulintang dan satu buah redap
Ke-3 alat music tradisional tersebut sangat penting perannya dalam tarian kejei, oleh sebab itu sebelum dimulai tariannya, oleh suku Rejang gong,  kulintang, dan redap tersebut disaratkan dalam ritual te mu’un gung klintang.
Adapun music pengiring tari Kejei yang telah disepakati oleh BMA Rejang Lebong menggunakan salah satu dari tujuh lagu tarian Kejei atau gabungan dari beberapa lagu rejang yang disepakati, antara lain:
·         Ombak laut
·         Tupai melompat
·         Siamang balik bukit
·         Percang naik tebing
·         Kumbang mengharap bunga
·         Burung klating
·         Diwo menimbang anak


5.      Pakaian Penari
Pakaian yang dikenakan oleh penari pria berupa:
·         Baju jas belango warna hitam
·         Celana dasar hitam
·         Penutup kepala yang disebut dengan cek’ulew
·         Selempang dari kanan ke kiri
·         Songket
·         Kris


Untuk pakaian yang dikenakan penari wanita berupa:
·         Baju kurung beludru warna merah yang ditabur logam warna kuning emas
·         Mengenakan songket
·         Selendang
·         Motif bagian bawahnya berbentuk pucuk rebung
·         Sungting goyang dan cempaka harus ganjil
·         Mengenakan gelang
·         Kemudian burung-burung

6.      Pola lantai tari Kejei
Tari kejei ini merupakan tarian yang dilakukan secara berpasang-pasangan, penari haruslah ganjil mulai dari 3, 5, 7 ataupun 9 pasang. Gerakan inti tari kejei ada 2 macam yaitu gerakan tetap dan gerakan peralihan. Pada gerakan tetap, penari perempuan: kedua telapak tangan menghadap ke depan setinggi bahu di depan dada, dan setelah gerakan matah dayung memegang ujung selendang. Sedangkan pada gerakan tetap penari laki-laki, kedua telapak tangan menghadap ke depan setinggi kepala, dan setelah gerakan peralihan (matah dayung), kedua telapak tangan menghadap ke depan disamping paha.






Gambar.1. Sebelum gung kulintang berbunyi anak-anak sangeu sudah berada di posisi, dan posisi berdiri langsung duduk dengan posisi paha kaki kiri lurus ke depan, manapak dilantai dan kaki kanan bertumpu dengan tumit, kepala penari menunduk.



Gambar.2. Penari bersiap-siap:
·         posisi tangan penari wanita dan laki-laki dilipat dibelakang tepat sejajar dengan pinggang atau seperti istirahat ditempat
·         Tumit kaki kanan penari diangkat
·         Pandangan ke depan dan badan berdiri tegak
·         Seluruh penari ambil posisi duduk sebelum sembah.
·         Setelah sembah pertama duduk, penari wanita dan laki-laki langsung berhadapan.
·          Masih dalam posisi sembah.



Gambar.3. Setelah sembah ke-2 pihak penari bersiap-siap berdiri:
·         Posisi tangan penari wanita dilipat kebelakang tepat sejajar dengan pinggan atau seperti istirahat ditempat, kemudian berdiri perlahan.
·         Posisi tangan penari laki-laki membentuk tangai yang belum dilentikan, dtarik naik ke arah kanan (tangan kiri di depan dada dan tangan kanan disamping atas agak ke depan) kemudian berdiri perlahan bersama dengna penari wanita.
·         Tumit kaki kanan penari diangkat.
·         Pandangan ke depan pasangan masing-masing dan berdiri tegak.








Gambar.4. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
·         Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
·          Hitungan ke-2 kaki kiri.
·         Hitungan ke-3 kaki kanan.
·         hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)


Gambar.5. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
·         Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
·         Hitungan ke-2 kaki kiri.
·         Hitungan ke-3 kaki kanan.
·         hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)


Gambar 6. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
·         Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
·         Hitungan ke-2 kaki kiri.
·         Hitungan ke-3 kaki kanan.
·         hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)


Gambar.7. Setelah 2 kali putaran pertama,posisi terakhir berhadapan
·         Kode kulintang ke-3 setelah 2 kali putaran yakni gerakan mata dayung tipe ke-1
·         Setelah gong : telapak tangan diangkat ½ ( seperti bendera atau baki ) lalu kedua tangan disilang dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
·         Kemudian tangan ditarik keatas sejajar bahu dan telapak tangan dibalikkan kearah depan bentuk tanggai yang belum dilentikkan
·         Bersamaam dengan gong lentikan dilepas dan mulai lagi dari hitungan pertama Bagi wanita : 1 kali lentikkan Bagi laki – laki : setelah lentikkan pertama disusul dengan membalikkan kedua telapak tangan dengan bersamaan belok
·         Kemudian kembali lagi ke-2 kali putaran


Gambar.8.9.
·         Pada gambar kedua penjuru bertemu digaris sejajar
·         Kode kulintang ke-5 berbunyi setelah itu langsung melakukan gerakan mata dayung tip eke-2
·         Setelah gong: telapak tangan diangkat 1/2  lalu tangan disilangkan dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
·         Kemudian tangan ditarik kebelakang membentuk tanggai yang belum dilentikkan
·         Bersamaan dengan gong lentikkan dilepas dan mulai lagi dari hitungan ke-1
·         Kemudian kembali melanjutkan mengelilingei penei sampai kembali membentuk garis sejajar dengan posisi terbalik










Gambar.10. Setelah kode kulintang ke-6 masing-masing penari kembali berhadapan dengan melakukan gerakan selanjutnya
·         Duduk perlahan
·         Sembah berhadapan
·         Sembah hadap depan
·         Berdiri (tangan seperti istirahat ditempat)
·         Mundur ke belakang dengan iringan musik kulintang

7.      Balie Kejei
Balie Kejei adalah tempat yang dibuat khusus untuk tempat pelaksanaan semua profesi kejei. Balai Kejei pada zaman dahulu didirikan kurang lebih seminggu sebelum acara itu sendiri dimulai, dibuat secara gotong royong. Ukuran balai 6X8 m.
         Setelah balai kejei selesai didirikan, tugas diserahkan pada “tuwei batin” istilah dalam bahasa rejangnya “semreak kumat” dan untuk bidang tugas diluar balai kejei diserahkan kepada ginde dusun/desa bersangkutan tempat Kejei diadakan.
            Dan terdapat sebuah meja yang diletakkan di tengah untuk diputari oleh para penari pada saat tarian dimulai. Meja tersebut disebut dengan penei.
            Meja penei bukanlah sebuah meja kosong biasa. Penei merupakan lambang dari kemakmuran, yang terdiri dari:
1.      Pisang emas setandan
2.      Sirih beserta gagangnya
3.      Pinang beserta gagangnya
4.      Daun setawar beserta batangnya
5.      Daun sedingin beserta batangnya
6.      Buah kundur
7.      Tebu sebatang panjang
8.      Penyeluwang beserta batangnya
9.      Beronang tanjak “pane tanjak”
10.  Teleng (tampa)
11.  Ambin dogan atau selendang cele
12.  Tombak “kojoa”, pedang, sewar atau keris sebagai lambing keamanan
13.  Payung agung sebagai lambang perlindungan, dan disusun di atas meja, pada meja terdapat
a.       Bakul sirih
b.      Bueak minyak
c.       Lampu dammar kurun
d.      Talam berisi beras dan gula merah
e.       Perasapan dan sesajenan
f.       Ayam jantan “monok bi’ing” 



Meja Penei

8.      Tari Kejei Di Era Modern
Setiap tahun HUT (ulang tahun) Curup dilaksanakan dengan memperlombakan berbagai cabang yang berbau kedaerahan, salah satunya adalah tari Kejei, dan pada saat perlombaan ini lah terlihat perbedaan gerakan pada tari Kejei tersebut. Dengan memanfaatkan event yang tepat, pemerintah Rejang Lebong terus berupaya meningkatkan rasa cinta kebudayaan terhadap anak-anak muda daerah, dan pada saat ini sudah mulai ditetapkan bahwa setiap warga yang asli dari suku Rejang ataupun menikah dengan adat Rejang diwajibkan menggunakan tari Kejei untuk menyambut para tetamu.
Tidak terelakkan lagi, bahwa anak muda pada saat ini kurang menyukai kebudayaan asli Indonesia. Semua ini dapat terlihat dengan kurang antusiasnya para siswa SMA yang terpaksa mempelajari tarian ini karena tuntutan pelajaran saja. 
            Remaja lebih tertarik dengan gerakan “dance” atau tarian modern, selain pakaian yang dikenakan trendi, gerakan yang yang di lakukan pun lebih luwes dan bebas, tanpa ada aturan yang terlalu berarti. Music pengiringnya pun bisa dibuat sendiri dengan meng edit lagu-lagu yang sudah ada sebelumnya.



BAB 3. PENUTUP
1.      Kesimpulan
Kebudayaan merupakan hasil olah pikir dan perasaan manusia yang berlangsung cukup lama. Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda dan menjadi ciri khas bagi daerah tersebut.
Rejang Lebong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Bengkulu, dengan suku asli yaitu suku Rejang dan suku Lembak. Ibukota Rejang Lebong adalah Curup, kira-kira 85 km dari kota Bengkulu.
Tari Kejei merupakan salah satu kebudaan Rejang Lebong dan dianggap sebagai tarian yang sakral. Tari Kejei memiliki gerakan yang sederhana sehingga sangat mudah untuk dipelajari. Ada beberapa mitos yang berkembang tentang tarian ini.
Terdapat satu buah meja yang memisahkan antara penari pria dengan penari wanita dan meja akan diputari oleh para penari. Meja tersebut disebut dengan penei.

2.      Saran
Sebagai pemuda yang dahaga akan ilmu, alangkah baiknya jika kita mengetahui akan pentingnya melestarikan sebuah kebudayaan yang berada di daerah kita sendiri. Jangan terlalu mengikuti modernisasi, jika itu hanya melalaikan kita akan kebudayaan asli kita.
Mungkin hanya sedikit sekali para remaja yang berdiri sejajar untuk berlatih tarian daerahnya dengan senyum dan tawa. Seringkali terasa ketegangan dan hanya ingin mengikuti keterpaksaan proses belajar di sekolah.

Cukup banyak kebudayaan kita yang dirampas oleh negara lain. Dan tampak orang-orang yang tinggal jauh dari Indonesia, justru menyukai dan melestarikan budaya Indonesia di negara asalnya.